Tak seperti biasanya, pagi itu
Eci melihat kesibukan yang berada di seberang rumahnya, rumah yang telah lama
kosong itu kini berpenghunu. Tampak seorang ibu sibuk membersihkan lantai dan
ruangan. “ma, siapa yang menempati rumah kosong itu?” tanya eci penasaran.
“mama
dengar sih rumah itu di tempati pak anto dan keluarganya. Mereka pindahan dari
yogyakarta.” Jawab mama. “syukurlah rumah itu sekarang tidak terlihat angker
lagi. Soalnya eci sering merinding kalau melihat rumah yang kosong” tutur eci
lagi.
Mama tersenyum geli mendengar
perkataan eci. Malamnya, eci tidak bisa tidur. Di keheningan larut malam itu ia
mendengar suara tangisan yang menyayat hati. Suara anak perempuan! Eci menduga
suara itu beerasal dari rumah tetangga barunya. Padahal setau eci, keluarga itu
tidak memiliki anak perempuan. Iiih.. eci jadi merinding.
Malam berikutnya, eci kembali
mendengar suara tangisan yang sama. Kali ini terdengar lebih nyaring memecah
keheningan. Meskipun penasaran, eci tidak berani memeriksa asal suara itu. Bagaimana
kalau tiba-tiba muncul wajah yang menyeramkan di jendela kamarnya? Membayangkan
itu, seketika eci melompat dari tempat tidurnya dan berlari masuk kamar
mamanya.
Pagi harinya, eci bercerita pada
mamanya tentang suara-suara yang di dengarnya. “tapi mama tidak mendengar suara
tangisan kok” komentar mama eci. “mama sudah tertidur pulas sih. Suara itu baru
terdengar saat larut malam” ujar eci.
Dari jendela, eci lalu memperhatikan
rumah tetangganya dengan seksama. Keluarga pak anto tidak terlihat. Pintu rumahnya
tertutup rapat. Aneh? Pikir eci. Sore harinya, eci mencari kucing
kesayangannya. “catty!” “catty!” panggilnya. Sekilas eci melihat kucingnya
masuk ke halaman rumah pak anto. Dengan sedikit ragu, eci melangkah
membuntutinya. Dari balik pagar tembok ia melongok ke dalam halaman. Tampak sepi.
Ketika melongok ke arah samping
rumah, eci melihat ada seorang anak perempuan sedang duduk di kursi. Anehnya anak
itu berpakaian serba tertutup. Wajahnya pun memakai cadar. Tentu saja eci kaget.
Namun karena penasaran ia mencoba menegurnya. “hai....” sapanya dengan gugup. Secepat
kilat anak itu malah masuk ke dalam tanpa menoleh. Eci semakin penasaran. Sekarang
ia baru tau kalo di dalam rumah tersebut terdapat anak perempuan yang
misterius.
Pada kesempatan lain eci
menghampiri bu anto yang sedang menyiram bunga. Bu anto ramah menyapa eci. Setelah
bercakap beberapa waktu, eci memberanikan diri dan bertanya. “maaf ya bu anto,
apa ibu punya seorang anak perempuan?” sejenak bu anto terdiam. Perlahan ia
meletakan selang airnya di tanah. Matanya menerawang jauh. Matanya mulai
berkaca-kaca.
“sebelumnya ibu mau minta maaf. Ibu
memang punya seorang anak perempuan yang kira-kira sebaya denganmu. Namanya dira.
Nukannya ibu tidak mau memperkenalkannya pada tetangga... tapi dira sedang
mendapat cobaan...” bu anto berhenti. “cobaan? Maksud ibu?” tanya eci. “wajah
dira tersiram minyak panas dan kulitnya melepuh. Sebab itu dia selalu mengurung
diri dan tidak mau bertemu dengan orang-orang” tutur bu anto dengan sedih.
Bu anto kemudian mengajak eci
masuk ke rumahnya. Di dalam sebuah kamar, eci mendapati seorang anak perempuann
yang bercadar yang di jumpainya tempo hari. “mau apa kamu ke sini?” bentak
dira. “ini eci, tetangga kita mau berkenalan denganmu dira” terang ibu anto. “hai
aku eci! Aku ingin berkenalan denganmu. Ibumu sudah bercerita tentang kamu. Aku
turut prihatin. Tapi aku yakin kamu akan sembuh kembali bila di operasi” eci
menjabat tangan dira. Ia mencoba menghiburnya.
Sejak kejadian itu, eci selalu
bermain ke rumah dira. Ternyata setelah berkenalan dengan eci perlahan-lahan
dira bersemangat lagi. Ia tidak murung apa lagi menangis di malam hari. Eci pun
tak henti membujuknya agar ingin di operasi. Berapa bulan kemudian, wajah dira
benar-benar sembuh. Wajahnya cantik kembali.namun yang penting dira menjadi
anak yang ceria lagi. Eci turut bahagia.
sumber : Tangisan Malam Hari oleh Yoga T, Bobo 2009
0 komentar:
Posting Komentar